Dalam psikologi, delusi adalah penyakit kejiwaan yang menganggap dirinya paling hebat, patriotik, paling cinta terhadap tanah air, omongannya melebihi kapasitas pemimpin rata-rata, dan merasa yakin bahwa ia mampu menciptakan mukjizat sejarah yang tidak bisa dilakukan oleh pemimpin lain. Manusia tipe ini seringkali kehilangan sense of reality. Tidak bisa membedakan antara rasional dan irasional. Tidak dapat melihat kelemahan dalam dirinya. Semua orang dianggap pembohong, curang, penjahat, kerdil dan lemah.
Hitler adalah contoh dari jenis pemimpin delusi. Retorika Hitler dikenal hebat, mampu meyakinkan dan menggerakkan orang-orang Jerman untuk bangkit kembali membangun kejayaannya setelah kalah dan dihancurkan dalam Perang Dunia I. Hitler mengumbar delusi-delusi kosong kepada rakyatnya bahwa Jerman akan bangkit menjadi sebuah kerajaan yang mampu mengendalikan seluruh negara Eropa. Tertipu oleh delusinya, Hitler malah terjungkal akibat tekanan hebat dari lawan-lawan politiknya. Hitler akhirnya mati bunuh diri.
Dalam batas tertentu, Prabowo Subianto bisa jadi mengalami gangguan kejiwaan dari delusi dan halusinasi yang berlebihan. Tipe manusia seperti ini merasa dirinya paling benar karena diramal telah mendapat mandat dari Tuhan, selalu merasa data miliknya paling akurat, data orang lain semuanya salah, 13 lembaga survei dianggap curang termasuk KPU, di matanya negara ini hanyalah sekumpulan bangsat, biadab, sampah, penuh dengan elite-elite brengsek, semua televisi dan orang-orang yang berada di kubu Jokowi dianggap komunis, boneka, ndeso, kacung, bodoh, antek asing dan hina dina. Tidak heran, pendukungnya juga selalu berteriak lebih keras, lebih kasar, sok pinter, sok suci, merasa kelompoknya paling benar sendiri, padahal hidup mereka berada dalam delusi.
0 Comments